Lagi, Perjalanan Bekasi - Sumbawa dengan Metode Hemat di masa pandemi Covid19

Gambar
(Pantai Kertasari - Taliwang, NTB) Lagi-lagi, saya harus balik ke Sumbawa dengan metode murah meriah di situasi pandemi covid19. Jadi sebelum saya benar-benar memutuskan metode yang menurut saya super murah di masa pandemi menurut saya, berangkat dari membuat 5 plan. Bayangkan saya sampai membuat 5 plan hanya untuk satu perjalanan, semuanya saya perhitungkan termasuk ongkos pipis WC umum yang tydack gratis itu huhu. Bulan Novermber 2020 lalu saya ceritanya pulang ke Bekasi untuk urusan kesehatan mental (asik biar keren aja gitu), setelah 3 bulan lumutan di rumah karena saya memutuskan mengisolasi mandiri atas inisiatif sendiri tidak ingin bertemu teman karena bokek melanda tiap kali pulkam eh pulkot (pulang kota) deh kata user magang saya.     Akhirnya, setelah puas drakoran sampai dilanda flu tidak berkesudahan saya pun memutuskan untuk kembali ke Sumbawa dengan alasan harus menyusun tugas akhir. Setelah sebulan pusing mikirin biaya balik, sampai harus irit setengah mati. Akh...

Siapa yang Cita-citanya Mau Jadi Petani?

(In frame: Saputra trying to write his name on board)

Kalian sadar nggak? kalau cita dan mimpi kita waktu kecil tuh sering dipengaruhi faktor dari kebiasaan bersama orangtua. Latar belakang tersebut kadang menjadi parameter kebahagiaan versi kita kecil. Eh, semakin besar kita malah seringnya realistis, udah jarang berkhayal. Dulu pas kecil berkhayal keliling dunia sambil ngomong bahasa alien "Jert wer yu su gaa" maksudnya ngomong bahasa inggris kayak di film-film barat haha. Sekarang? haduh berharap aja kita takut ya, takut kecewa lah, takut jatuh lah, banyak hal yang ditakutin sampai akhirnya kita hanya stuck in one dot dimana kehidupan senang sedih kita hanya berputar di titik yang sama.

Remember this lyrics"Imagine all the people, living life in peace e e eh" - The Beatles.

(Gaya saya sudah seperti buguru killer blum? haha)

Bulan Oktober lalu, saya berkesempatan dapat pengalaman mengajar ke sekolah - sekolah di Desa Tolo Oi, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, NTB. Hal paling menyenangkan dari kegiatan berbagi ilmu adalah diperhatikan dan didengarkan. Yap! dan mereka adalah pendengar yang sangat baik.

Fyi, Desa Tolo Oi adalah desa paling ujung utara Kabupaten Sumbawa, yap! desa yang berbatasan langsung dengan Desa Kwangko Kabupaten Dompu. Dapat dikatakan anak-anak lucu dan imut ini tinggal di Desa terpencil, karena akses menuju desa yang jauh, terjal, dan berada tepat ditengah-tengah pebukitan. Bahkan akses masuk ke desa ini saja melewati Dompu, ditambah desa baru tersentuh jaringan internet pada tahun 2019 lho (terharu banget aku) selama 40 hari disana aku lebih sering meninggalkan HP karena meskipun sudah tersedia tower sinyal dari BAKTI KOMINFO, sinyal di Desa masih belum stabil bahkan kebanyakan tenaga pengajar rela begadang untuk mengunduh modul dan silabus. (Kalian keren!)

(Harus berani berbicara didepan! salah hal biasa)

Ketika saya tanya siapa mau jadi Dokter? 2 anak yang angkat tangan, siapa cita-cita jadi guru? gadis kecil banyak yang angkat tangan, siapa mau jadi polisi ? / TNI ? yang angkat tangan hanya beberapa. Ada yang teriak mau jadi bidan, mau jadi ustadzah, pemain bola, cukup beragam untuk murid yang kurang dari 15 orang.

Tapi ketika saya bertanya siapa yang mau jadi petani? hampir semuanya angkat tangan dan tersenyum antusias.  Saya terkejut dan tertawa, "Jadi guru, jadi dokter, jadi polisi... bahkan jadi petani pun tidak apa-apa yang penting bermanfaat untuk orang baaaaa?", "nyaaaak" sambung mereka. Tidak heran, mereka berasal dari latar belakang keluarga petani dan peternak. Seperti yang kubilang di kalimat pembukaan, cita-cita kita cenderung dipengaruhi dari faktor orangtua (dari kecil sampai usia remaja).

(Yak, silahkan kamu yang paling tampan)

Anak-anak itu unik dan menyenangkan, bahkan ketika kecil saya punya cita-cita jadi Cowboy yang bawa pistol dan menunggangi kuda di Meksiko haha, kawan saya Ammar punya cita-cita jadi Singa malah. Fizi (Upin Ipin) aja cita-citanya jadi Tukang Angkut Sampah. Seru ya! kita di masa kecil berani bermimpi jadi apa saja, tapi ketika sudah dewasa kita malah melihat mimpi tersebut seperti milik seorang pecundang, tertinggal, dan penuh kekhawatiran.

Di MIS Darurrasyidin, aku kenal anak yang namanya Agus dia baru kelas 1. Sangat antusias mendengarkan siapapun yang maju kedepan, mata polosnya, ingusnya, bikin gemas apalagi dia baru bisa menulis namanya berbekal ingatan coretan.

(Si Agus, murid tanpa seragam)

Suatu hari aku bersama partner ngajar (Nabil) istirahat di atas motor / tangga rumah panggung gitu aku lupa. Aku lihat si Agus lagi memasang kaos kaki dan sendal Crocs KW-nya hihi. Si Agus pasang kaos kakinya terbalik alias yang buat tumit malah di punggung kaki, Aku dan Nabil sontak tersenyum dan bantu Agus. Kita ajarkan dia hal paling sederhana dalam mengawali perjalanan hidupnya "Memakai kaos kaki dengan benar" sederhana tapi sangat berkesan bagi anak-anak.

(Namanya Azam, paling senang maju kedepan walau nggak tahu mau ngapain hihi)

Bagi anak-anak dunia sekolah itu menyenangkan karena isinya teman bermain, tertawa, tapi kadang kesenangan itu juga bisa hancur jika mereka mendapatkan pola pendidikan yang salah :(. Kita harus dukung kreativitas anak / adik, dukung mereka menemukan siapa mereka sebenarnya dimasa depan! iringi mereka menjadi versi terbaik diri mereka.

(Anggi sedang mengajarkan teknik Kaligrafi)

Intinya sesederhana apapun ilmunya, sesederhana apapun cita-citanya itu istimewa bagi anak-anak. Bagi mereka hal baru adalah keajaiban yang menyenangkan, seperti kata Anggi "Jeng, anak-anak ini butuh sosok Hero" ya tentu, mari kita tunjukkan!.

(bonus foto: gadis favorit saya karena suka bertanya)

Satu kisah yang menurut aku sangat mengharukan, waktu itu selesai ngaji anak-anak melingkari aku mereka menanyakan tentang mall bayangin mereka ingin sekali ke mall yang menurutku biasa aja, dan paling sedihnya mereka bertanya "Kak di Sumbawa ada Alfam**t? banyak ya?", "Kak disana ada pasar malam?", "Kakak pernah naik kipas besar di pasar malam itu? (bianglala maksudnya hehe)".

Mereka asyik bertanya puluhan pertanyaan, dan aku hanya bisa tersenyum memandangi mereka. Terus ku sampaikan "Kalian harus sekolah yang pintar ya! harus sampai kuliah! biar bisa keluar Desa dan lihat mall" mereka mengangguk dan nimbrung "Iya kak, nggak boleh pacaran dulu ya?", karena kasus pernikahan dini juga cukup tinggi disana aku mengangguk "Ya! sekolah dulu yang pintar dan rajin".

Harapanku sangat banyak untuk mereka, semoga mereka dapat melihat dunia yang luas ini dengan mata kepala sendiri pada suatu hari baik nanti :).

Nah kalau kalian, sewaktu kecil cita-cita kalian mau jadi apa?

Terima kasih yang telah mengabadikan momen: Anggi, Mia, & Asni.

Komentar

  1. Terharu hikss. Semoga mereka semua akan menjadi manusia Manusia hebat yg akan bermanfaat untuk orang sekitar, bangsa, dan Negara. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah senang banget Wahyu mampir dan komen di tulisan blogku. Makasih ya udah mampir dan meninggalkan jejak.

      Terima kasih untuk doa-doa baiknya, kamu harus coba ngajar mereka deh seru!

      Hapus
  2. Anak-anak yg luarrbiasa, semoga kelak menjd pemimpin negeri top.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. Salam kenal dari Sumbawa.

      Aamiin makasih do'anya kak.

      Hapus
  3. Membaca tulisan Kak Ajeng, saya jadi ingat film Teacher Diary dari Thailand. Jadi pemeran utama ngajar anak-anak di kampung nelayan biar mereka bisa pinter dan memiliki cita2 yang tinggi. Tapi nyatanya anak2 di kampung nelayan tetap tak bisa melepaskan profesi nelayan dalam darah mereka. Saya setuju bila cita2 anak dipengaruhi oleh lingkungan. Kalau sekarang ya tontonan juga berlaku mempengaruhi mereka.

    Anak2 di NTB sana, mereka luar biasa. Harus menempuh perjalanan sejauh itu. Terima kasih sharingnya Kak Ajeng. Salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Kak Nurul, terima kasih untuk kalimat positif dan menginspirasinya. Dan yap! aku memutuskan menulis kisah ini sehabis menonton film Teacher Diary dari Thailand. Kita memang tidak bisa memutuskan anak-anak harus seperti ini, menjadi itu. Mereka punya jalannya, dan yap! meski di masa depan mereka jadi petani aku berharap mereka menjadi petani berdasi, petani yang pintar, dan petani yang tidak mudah ditipu (disana petani juga sering ditipu pembeli harga jadi miring dsbg). Sebenarnya sedih, tapi tanpa peran petani dan peternak tidak akan ada beras dan daging terbaik yang bisa dimakan.

      Terima kasih sudah mampir ditulisan aku, aku rasa kita punya selera yang sama hihi. Sukses terus ya, dan salam kenal juga :).

      Hapus
  4. Hai kak, seneng banget bisa nemu tulisan kakak disini (btw aku nemu ini lewat twt ada yg drop link), rasanya bersyukur bgt bisa tau gimana kondisi temen2 disana, semoga suatu hari nanti aku bs jadi kaya kakak buat bantu temen2 disana belajar. Luar biasa banget semangat temen2 disana buat belajarr. Semangat terus kak !! Salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Kak, wah senang sekali makasih sudah mau mampir dan meninggalkan jejak kak.

      Aamiin, suatu hari harus ikut relawan mengajar ke desa-desa terpencil di Indonesia yuk kak. Semangat kak! salam kenal dari Sumbawa :). Aku berharap bakal ada relawan yang berkunjung ke Desa Tolo Oi untuk bermain dan melihat langsung keceriaan anak-anak disana.

      Hapus
  5. Aku suka tulisannya kakak!! :)
    Terimakasih sudah menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Kak, makasih ya sudah mampir dan meninggalkan jejak. Makasih untuk kalimat baiknya dan tetap menginspirasi kak Yum^^...

      Hapus
  6. Menyenangkan sekali ya, bisa punya pengalaman berharga seperti itu. Berbagi ilmu sambil bermain dengan anak-anak polos nan lucu. Semoga kelak banyak dari mereka yang bisa mencapai cita-cita . Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Makasih do'a dan kalimat baiknya kak, do'anya kembali ke Kakak yaa.

      Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak^^

      Hapus
  7. Menyenangkan sekali membaca tulisan kak Ajeng. Seolah bernostalgia ketika saya kkn di desa paling ujung kota Sumbawa. Semangat menginspirasi kak Ajeng!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahhh, makasih ya sudah mampir dan meninggalkan jejak. Seru yaaa KKN apalagi tempatnya menantang hihi, sama-sama diujung bedanya Desa Tolo Oi ujung utara Sumbawa. Kamu juga yaa menginspirasi^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Mendidik Anak dengan Gangguan Speech Delay