Pengalaman Mendidik Anak dengan Gangguan Speech Delay
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
(Potret Lintang) |
Mendidik
anak adalah tantangan terbesar orangtua, terlebih jika anak memiliki kebutuhan
dan perhatian khusus dari lingkungan sekitarnya. Banyak orangtua karir memilih menitipkan
anak ke daycare / tempat penitipan anak dengan motivasi bermacam-macam diantaranya
untuk mendapatkan teman bermain anak seharian yang aman. Ada seorang ibu
menitipkan anaknya yang berusia 3,5 tahun memiliki gangguan speech delay
di daycare, namanya Lintang.
Menitipkan
anak yang membutuhkan perhatian ekstra menimbulkan pro-kontra dikalangan ibu
asuh. Beruntungnya Lintang berada dalam kelompok asuh saya, Lintang seorang
anak perempuan manis yang harus menyesuaikan diri ditengah pertumbuhan anak
lain. Orangtuanya menitipkan ia di daycare dengan keyakinan bahwa untuk
menyembuhkan gangguan speech delay-nya diperlukan lingkungan aktif berinteraksi
dengan begitu ia akan terbiasa. Sayangnya anak lain dibawah usianya yang sudah
pandai berbicara sering merasa kesal karena bicaranya sangat tidak jelas
seperti kumur-kumur, bahkan beberapa ibu asuh lain juga malas menanggapi cerita
Lintang.
Tak
heran selama 2 tahun di daycare tidak banyak kemajuan bicara Lintang. Mata
polosnya sering menuntut saya untuk memahami perkataannya, awal saya
dipertemukan dengan Lintang ia hanya bisa menyebut 2 suku kata yang familiar
seperti “Mami dan Papi” dan 2 huruf dari kata seperti “bu” nama saya Ajeng dan
ia memanggil saya “bu acem / bu ajem”.
Ini
adalah Tips dan Trik Melakukan Terapi Wicara kepada anak gangguan speech
delay untuk para orangtua
1. Tekad
untuk memahami si Anak
Keinginan tinggi untuk memahami anak adalah modal utama untuk mengerti semua yang anak katakan. Saya yakin para orangtua pasti memahami perkataan anak mereka walau di telinga orang lain terdengar seperti suara tanpa huruf. Tetapi niat yang bulat adalah hal paling penting dalam terapi wicara.
2. Selalu
kontak mata setiap kali anak berbicara
Ketika si anak mulai berbicara pastikan mata anda dan mata anak bertemu, mata merupakan alat komunikasi nonverbal yang paling penting. Jika kalimat yang dikeluarkan anak sangat tidak jelas, mulailah untuk menatap kedalam matanya. Mata adalah jembatan komunikasi untuk saling memahami, menatap mata berarti memandang keseluruhan. Saya seorang atlit karate, kunci dari bertarung adalah menatap mata lawan bukan bagian tubuh seperti tangan atau kaki, mata membuat kita memprediksi arah gerak dan tujuan seseorang. Jika, anak mengeluarkan kalimat yang sangat tidak jelas mulailah dengan menatap matanya dan dengarkan ia dengan antusias.
3. Berdiskusi
sambil makan
Disaat makan banyak kosa kata baru yang dapat
disebutkan dari sepiring nasi. Lintang sangat suka makan tempe, ia ingin
melafalkan makanan kesukaannya dengan benar “mpe” begitu katanya, sambil
mendampingi anak makan sebutkan semua yang masuk ke dalam mulutnya, eja
perlahan sampai anak minimal mengetahui nama dari makanan yang ia makan.
contoh;
·
Wortel: Wor – tel
·
Buncis: Bun – cis
·
Nasi: Na-si
Setiap
dihidangkan makan ada unsur wortel dan tempe, Lintang sontak langsung bilang “ini
woltel… ini mpe…” sambil menunjuk makanan kesukannya.
4. Kenalkan
dan Ulangi
Awal mengenal Lintang hipotesa pertama saya adalah ia tidak mengetahui nama-nama sekelilingnya seperti nama benda, teman, makanan, mainan, dan alat mandi. Berhubung semua nama itu ada dalam kegiatan sehari-harinya jadi lebih mudah untuk mengenalkan dan mengulang-ngulangnya setiap hari.
5. Kenalkan
emosi dan ekspresi
Lintang kerap gagal menerjemahkan maksud
teman-temannya, ketika anak lain tertatik untuk bermain dengannya ia menganggap
itu sebagai gangguan dan mencubit sampai membekas adalah jalan yang ia ambil
untuk mengekspresikan ketidaksukaan.
Contoh:
“Lintang kalau tidak mau bisa bilang ke temannya “gamau” aja, kalau mencubit
nanti teman-teman tidak ada yang mau temanan sama Lintang, ya?”
Lintang juga mengalami kesulitan mengekspresikan maksud dan keinginannya, akibatnya ia menjadi anak yang pendiam. Ditambah ketika ia mulai bawel orang dewasa sekitarnya menjawab “ih kamu ngomong apa sih ibu guru nggak ngerti ah”, sangat disayangkan kalimat tersebut pasti melukai hatinya, ketika anak keterlambatan berbicara mulai bawel dengan kalimat yang sangat tidak jelas usahakan untuk mendengarkan dengan ekspresi antusias ya, perhatian orang terdekat sangat berarti untuk mereka.
6. Mendalami
ketertarikannya
Jika anak memiliki ketertarikan pada sesuatu, maka ia
akan terus mengatakan, bercerita, dan menyebut-nyebut sampai bosan. Seperti Lintang
ketika tertarik dengan buku anak yang banyak gambar dan warnanya.
Contoh:
“Bu, buku aku ana? (Bu, buku aku dimana?)” ketika menyukai sesuatu anak
cenderung lebih mudah melafalkan benda yang ia sukai.
Untuk
anak dibawah usia 5 tahun, menceritakan isi buku sangat membosankan mereka
hanya melihat-lihat dan jika penasaran mereka hanya akan menanyakan satu.
“Bu,
ini afa? (Bu, ini apa?)” sambil menunjuk kelinci berwarna merah muda. Jika
ia tertarik perluas wawasannya dan kaitkan dengan kesukaannya yang lain.
“Ke
– lin – ci, eh kamu tahu nggak kelinci itu makannya wortel lho!”
tanya balik untuk merangsang wawasannya,
“Aku
suka woltel” jawab Lintang,
“Nah
kan, berarti kamu seperti kelinci ya, suka makan wortel, kelinci kan cantik dan
lucu, ya?”
“Ye ye aku kinci ye ye, aku suka woltel” dengan riang Lintang jingkrak mengangkat-ngangkat bukunya ke atas. Dengan begitu kita berhasil membuat anak mengucapkan satu kalimat.
7. Hindari
Televisi dan Gawai
Didepan gawai dan televisi anak hanya mendapatkan
komunikasi satu arah, anak tidak dilatih untuk melakukan timbal balik. Setelah
saya telusuri ternyata ketika di rumah Lintang dapat bermain gawai sepuasnya
tanpa dibatasi waktu, pada saat itu saya berpikir penyebab terbesar Lintang
mengalami keterlambatan bicara akibat terlalu banyak bermain gawai.
Dugaan saya diperkuat dengan data dari Pediatric
Academic Societies (PAS) 2017, Penelitian yang melibatkan 894 anak-anak berusia
rentang 6 bulan – 2 tahun yang diteliti pada tahun 2011 – 2015. Diukur dengan
alat skrining keterlambatan bahasa, para peneliti menemukan hubungan kausalitas
antara waktu bermain gawai dengan keterlambatan berbicara. Diperoleh data bahwa
setiap bertambah 30 menit, terjadi 49 persen peningkatan risiko keterlambatan
bicara pada anak.
Menitipkan pesan kepada Asisten Rumah Tangga (ART)
agar anak tidak terlalu lama didepan televisi dan bermain gawai sangatlah
penting, terlebih ART kerap disibukkan dengan pekerjaan rumah terkadang mereka drop
anak di depan televisi atau memberikan gawai untuk menenangkan.
Saya pikir menonton film terlalu lama mengakibatkan kekacauan bicara juga pada orang dewasa, saya bereksperimen pada diri sendiri menonton drama selama 2 hari 2 malam berturut-turut ketika diajak ibu ngobrol kalimat yang keluar dari mulut saya berbelit dan salah pemilihan diksi seperti “kuat” jadi “tua” saya jadi sedikit gagap. Sambil menulis artikel ini saya bereksperimen pada diri sendiri, apakah anda juga menyadarinya?.
Ini adalah pengalaman saya pada tahun 2016, Lintang adalah anak murid favorit saya meski kami kini sudah tidak bersua lagi saya harap ia tumbuh menjadi gadis yang cerdas. Kisah Lintang menginspirasi kehidupan saya untuk peduli pada pendidikan anak-anak, akhirnya saya punya kesempatan untuk menulis tentangnya terima kasih Generos.
Tag: generos.id
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar